Setiap Idul Adha saya teringat pada domba kami yang kalem dan tenang sekali, beberapa tahun silam, di atas pegunungan di selatan Bandung, Papakmangu.
Sebelumnya, saya menghindari melihat acara kurban. Pertama, saya trauma dengan peristiwa masa kecil. Saat itu saya melihat acara kurban di masjid dekat rumah. Entah bagaimana, kaki saya terkena darah hewan kurban. Sejak saat itu saya tak berani melihat hewan dipotong. Masih terbayang darah segar yang merembes jatuh ke kaki saya. Kedua, saya tak tega. Saya tak siap melihat ketika hewan-hewan itu ada yang berusaha melarikan diri.
Namun kemudian, makhluk bandel ini berhasil memaksa saya melihat acara kurban. Domba kami cakep dan bersih. Makhluk bandel bilang domba itu mencari saya juga. Saya harus membantu menguatkan agar si domba tenang. Itu saat saya melihat sang domba sedikit gelisah, matanya nanar menatap sekeliling. Saya yang tadinya takut memberanikan diri untuk menampakkan diri. Makhluk bandel berdiri di samping saya, menggenggam tangan saya. Kami menatap mata si domba sambil mencoba berbicara dengannya. Domba itu terus memandang kami, tenang, sampai perlahan ia memejamkan mata.
Itu adalah pengalaman yang tak terlupakan. Saya selalu teringat pada mata domba kami yang tenang dan indah. Dan hari ini saya berdoa, walaupun kami tidak bisa menemani domba yang kami kurbankan hari ini, semoga ia tahu bahwa saya mengirimkan doa untuk mereka.
Dan seperti kata makhluk bandel, semoga mereka menunggu kami kelak, menghantarkan kami ke alam abadi yang penuh keceriaan asasi.
(Insya Allah foto menyusul, karena albumnya ada di Bandung :))
Selamat Idul Adha 1432 H. Selamat berbagi kebahagiaan.
Semoga Allah swt memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang beryukur. Amin yra.