Suatu hari, seorang pemuda datang ke rumah Umar untuk mengadukan akhlak buruk istrinya. Setibanya di rumah Umar, ia mendengar istri Umar sedang memarahi Umar, sementara Umar tidak menjawab sepatah kata pun. Akhirnya pemuda ini mengurungkan niatnya. Ketika ia hendak berbalik pulang, Umar baru saja keluar dari pintu rumahnya. Umar pun memanggil dan menanyakan keperluan pemuda tersebut.
“aku datang kepadamu hendak mengadukan keburukan akhlak istriku terhadapku. Tetapi, setelah aku mendengar sikap lancang istrimu kepadamu dan engkau diam saja, aku jadi urung melaporkan keadaanku.”
Mendengar pengakuan jujur pemuda itu, Umar tersenyum seraya berkata,”Wahai Saudaraku, istriku telah memasak makanan untukku. Dia juga telah mencuci pakaianku, mengurus urusan rumahku, dan mengasuh anak-anakku. Maka, bila ia berbuat satu-dua kesalahan, tidaklah layak kita mengenangnya, sedang kebaikan-kebaikannya kita lupakan.”
(Sumber: The Great of Two Umars, halaman 212).