Akhirnya film yang ditunggu-tunggu tayang juga :). Film yang diadopsi dari buku dengan berjudul sama ini mengisahkan seorang gadis muda yang kehidupannya diatur oleh sang Ibu. Suatu hari si gadis kecil berkenalan dengan tetangga barunya, seorang kakek mantan pilot yang baik hati. Melalui pertemanan dengan kakek ini si gadis muda menemukan dunia yang berbeda, dunia imajinasi penuh warna dan keindahan.
Apa menariknya film ini? Hm. Saya mengenal kisah Little Prince melalui buku yang dikenalkan partner. Tepatnya, partner adalah kolektor buku The Little Prince. Awalnya saya nggak mudeng dengan isi buku tersebut. Saya hanya menangkap sebagian makna dari buku tersebut. Tapi saya selalu penasaran dengan koleksi bacaan partner, dan Little Prince pasti lah sangat istimewa :).
Untuk saya, Little Prince mengingatkan bagaimana semustinya saya menjalani kehidupan sebagai orang dewasa yang tidak kehilangan kepekaan. Ketika manusia bertumbuh menjadi orang dewasa, kerap kehilangan imajinasi kanak-kanak, kebahagiaan dan keindahan yang begitu sederhana. Barangkali rutinitas telah melupakan orang dewasa, sehingga mereka menjalani hari dan kehidupannya tanpa memiliki makna. Orang dewasa bekerja demi sesuatu dan untuk memiliki sehingga setelahnya mereka baru bisa merasa bahagia. Anak-anak tidak begitu. Setiap hari mereka selalu penuh antusias, mereka bisa bahagia dengan melihat bunga-bunga bermekaran, burung beterbangan, dan hal-hal sederhana lainnya. Mereka berimajinasi dan penuh rasa ingin tahu. Orang dewasa kehilangan semua itu dikarenakan kesibukan. Orang dewasa beranggapan bahwa semua yang ada di sekitar mereka memang sudah sepatutnya begitu. Take it for granted. Bunga yang mekar, ikan di kolam, pohon yang menghasilkan bunga, atau kicauan burung-burung adalah hal biasa. Orang dewasa abai memperhatikan semua itu karena merasa ada yang lebih penting yang harus mereka pikirkan dan kerjakan.
Seperti dikatakan si gadis kecil kepada orang dewasa yang telah menawannya di film The Little Prince, “Aku akan tumbuh dewasa namun aku tidak mau menjadi dewasa seperti kalian.”
Setiap kanak-kanak pasti akan tumbuh dewasa. Kita bisa memilih untuk menjadi orang dewasa yang seperti apa. Kita bisa menjadi orang dewasa yang haus pujian, serakah, tak peduli, atau memilih menjadi seperti si Pangeran Kecil :).
Kalau saya menangkap isi buku The Little Prince seperti di atas tadi, maka partner ternyata memiliki banyak mata yang ia lihat dengan hati ;-).
Kata partner, Exupery mempersembahkan buku ini untuk anak-anak yang di dalamnya ia sisipi dengan metafor, juga beberapa kisah biografinya sendiri. Ia juga menceritakan kisah perang (Nazi) saat itu yang digambarkan dalam kisah pohon baobab. Baobab melukiskan benih kejahatan yang jika dibiarkan maka akan menghancurkan bumi.
Mendengar cerita partner tentang Little Prince bikin saya penasaran baca biografinya Exupery. Racun banget deh 🙂