Dari kumpulan cerita rakyat Sunda

Saya lupa judulnya, tapi di buku ini ada 2 kisah tentang Kabayan dan lainnya berupa cerita rakyat Sunda. Ditulis kembali oleh Ajip Rosidi.

Di bawah ini adalah kisah tentang suami istri yang sudah tua dan ingin belajar mengaji. Sehari-hari mereka menggarap ladang milik mereka sendiri. Untuk belajar mengaji mereka harus pergi dan tinggal lama di suatu tempat. Awalnya sang suami mengusulkan agar si istri yang tinggal dan mengurus ladang mereka sedang dirinya pergi mengaji. Si istri menolak. Kira-kira kata si istri begini “enak saja, nanti kau yang masuk surga dan dikelilingi bidadari-bidadari cantik sedang aku masuk neraka.” Namun sang istri menolak juga waktu si suami menyarankan sang istri untuk pergi mengaji dan ladang akan menjadi tanggung jawab si suami. “Nanti sekembali kau pulang mengaji, ganti kau yang mengajari aku,” usul sang suami.

Belum sampai keputusan diambil, tak lama datanglah rombongan anak muda bertamu ke rumah mereka. Kedua orang itu menjamu tamunya dengan baik. Alangkah suka citanya sang suami ketika mengetahui bahwa tamu-tamunya adalah anak-anak muda keluaran pesantren. Maka diutarakanlah niat mereka berdua untuk belajar mengaji. Anak-anak muda itu keheranan, kata mereka “Untuk apa kalian belajar mengaji sekarang? Sudah terlambat untuk orang seusia kalian.”
“Karena itulah, kami ingin sekali bisa mengaji, agar kami dapat masuk surga,” kata si suami lagi.
“Kalau hanya untuk masuk surga saja, kalian tak perlu mengaji”, kata salah satu anak muda itu. “Kalian lihat cabang pohon bambu di ujung jalan ini? Nah, itulah jalan ke surga. Kalian panjat saja sampai di atasnya, itu akan sampai di surga” kata anak muda tadi sambil tersenyum-senyum. Senang hatinya berhasil mengelabui kedua orang tua itu.
“Benarkah? Ah, kalian memang anak-anak muda yang pintar. Kami sendiri yang tinggal lama di sini tak tahu. Ayo, kita pergi Ni,” kata sang suami mengajak istrinya.

Diiringi pandangan anak-anak anak muda itu kedua orang tua itu terus memanjat. Mereka berteriak-teriak dan tertawa melihat kedua orang tua itu. Cabang pohon meliuk-liuk menahan beban mereka. Ketika keduanya hampir sampai di puncak, anak-anak muda berteriak “Kek, ada yang mengganggu ladangmu”. Dari atas si kakek menyahut “Biarlah, jika ini jalan ke surga maka kami tak memerlukan ladang itu lagi.” Kedua orang tua itu sudah memantapkan hatinya pada pilihan mereka. Mereka terus memanjat sampai ke atas walau pohon meliuk-liuk menakutkan. Dan tiba-tiba kedua orang tua itu hilang lenyap.

Anak-anak muda yang melihat peristiwa itu sangat terkejut. Mereka saling berpandangan “Jangan-jangan, memang itu benar jalan ke surga”. Mereka segera berebutan naik ke atasnya. Angin kencang yang menerpa cabang pohon membuat pemuda-pemuda itu ketakutan. Mereka berteriak-teriak tapi yang keluar bukanlah suara manusia melainkan suara monyet. Mereka jatuh berdebam dan berlarian.

*****
Ahlak yang baik berasal dari hati yang bersih dan ikhlas.

3 thoughts on “Dari kumpulan cerita rakyat Sunda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *