Belajar dari Kereta Api

Beberapa minggu lalu kami memutuskan naik kereta api menuju Bandung. Awalnya saya sempat bertanya-tanya, tidak biasanya partner memilih kereta api. Namun jauh sebelumnya kami memang sudah sedikit malas naik travel untuk perjalanan Jakarta-Bandung. Pertama, banyak travel yang layanannya sudah tidak sebagus dahulu: sabuk pengaman yang tidak bisa digunakan, AC yang mati, dan driver yang terkadang ugal-ugalan. Rasanya malah tak bisa tidur sepanjang perjalanan karena harus melototi jalan.

Walaupun setengah hati maka saya mencoba mencari informasi pemesanaan tiket kereta api. Dari beberapa kawan melalui akun twitter saya diberitahu beberapa tempat pemesanan kereta api, seperti indomart, alfamart, bank mandiri, BNI, atau call center 121. Mampir di alfamart tapi ternyata server mereka down jadi batal memesan lewat sana. Menelepon adalah pilihan saya yang terakhir, karena yang terbayang adalah panggilan telepon tidak akan dijawab. Berhubung tidak ada pilihan lain maka saya memutuskan menelepon 121. Dan, saya cukup kaget ketika call center seorang wanita menjawab telepon saya. Beliau melayani dan menerangkan kepada saya dengan sabar.

Keterkejutan saya berlanjut di hari keberangkatan. Kami naik dari stasiun Jatinegara. Yang terbayang oleh saya adalah antre-an panjang, calo, kotor dan kumuh. Tapi semua yang saya bayangkan lenyap berganti dengan situasi stasiun yang lebih bersih dan lebih ramah. Masuk ke dalam peron pun tidak ada lagi deretan orang tidur di sepanjang jalan. Mereka yang menunggu kereta duduk dengan rapi di kursi-kursi yang telah disediakan. Setiap menit tampak petugas menyapu. Beberapa tampilan kereta api dicat lebih menarik. Walaupun untuk hal-hal teknis lainnya masih sama, namun perubahan sudah terlihat di wajah jawatan kereta api ini. Sayang, beberapa penumpang masih saja membuang sampah seenaknya atau meninggalkan sampah di kursi padahal tempat sampah berjejer dengan rapi dan letaknya pun tidak jauh. Yah, untuk hal yang seperti ini kita masih perlu belajar banyak. Masyarakat Indonesia masih harus sering-sering diberi kesadaran pentingnya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

Di sudut terpampang papan tulisan toilet gratis. Di dalam toilet, bahkan di setiap pintu tertera larangan untuk memberi tip kepada petugas, namun di ruang sempit duduk petugas sambil memainkan lembaran uang. Saat itu saya agak dilema, memberi atau tidak. Hati nurani saya melarang. Saya tahu dan sangat paham bahwa jika saya memberi mereka uang maka saya mengajarkan hal yang tidak baik kepada mereka. Saya tahu perusahaan ini sedang berbenah diri maka saya harus membantu mereka dengan mematuhi peraturan yang ada. Mungkin ada rasa tak enak hati pada kita tapi jika kita ingin Indonesia menjadi lebih baik maka kita harus mentaati peraturan yang ada dan membantu siapapun yang ingin berubah menjadi lebih baik, bukan?

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, saya kagum dan salut dengan perusahaan kereta api yang berupaya memperbaiki diri. Semoga kereta api menjadi baik dan semakin baik.

Oya, di kali pertama kereta api kami sempat tertunda selama 1 jam. Namun di minggu berikutnya ketika kami menggunakan jasa kereta api ini lagi jadwal keberangkatan sangat tepat waktu bahkan sampai pada menit-menitnya. Wow, mengagumkan. Semoga yang seperti ini bisa terus dipertahankan.

Tampaknya slogan “Jadikan sejarah sebagai pembelajaran” direnungkan dengan baik oleh KA. Setelah sempat ditinggal penumpangnya pasca tol cipularang KA berbenah diri. Dan perbaikan yang mereka upayakan patut diacungi jempol.

Benar adanya mereka yang tak pernah mau belajar dari sejarah bersiaplah ditinggalkan, dan itu berlaku untuk semua instansi pun kita manusia. Bumi berputar, dan segala yang ada padanya ikut berubah. Perubahan yang baik akan menghantarkan diri kita dan lingkungan kita ke arah yang juga lebih baik. Semoga.

Saya ingat ucapan partner ketika kami bercakap-cakap. “Kereta api berubah kan? Kita harus yakin Indonesia juga bisa berubah menjadi baik.”

Dan saya ingin mengutip kalimat indah dari partner di sini.
“Indonesia … jangan takut berubah. Dan jangan pernah menyerah”

2 thoughts on “Belajar dari Kereta Api

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *