Bersepeda di Jalur Sepeda BKT

Sudah dua minggu ini kami bersepeda di hari sabtu dan minggu. Sejak pindah ke Jakarta kami memang tidak pernah bersepeda. Di Bandung dulu kami biasanya bersepeda keliling komplek, atau ketika saya pergi mengajar di hari sabtu pagi. Kebetulan jarak rumah dengan tempat mengajar lumayan dekat.

Setelah dibukanya jalur bersepeda di area kanal banjir timur, atau dikenal dengan BKT, hari sabtu dua minggu lalu, partner mengajak saya bersepeda di sepanjang jalur khusus sepeda di BKT. Minggu pertama kami menyusuri arah Barat. Sesekali kami bertemu dengan sesama pesepeda, namun lucunya banyak juga pengendara motor. Yang agak menyebalkan mereka ini suka seenaknya. Pernah kami bertemu dengan pemotor yang nekat mau menerobos pembatas. Berbagai cara ditempuh, setelah tidak menemukan hasil akhirnya pengendara sepeda motor itu berbalik. Ada lagi ketika sepeda kami tengah melaju, sebuah motor melintas dan si pengendara seenaknya melempar sampah di jalan. Aneh-aneh saja perilaku para pemotor itu.

Sebenarnya akan nyaman sekali bersepeda di jalur sepeda di BKT ini. Dalam beberapa jarak disediakan parkir khusus sepeda, di mana pesepeda bisa berteduh dan beristirahat. Ada juga tempat sampah. Walau di beberapa tempat ketersediaan tempat sampah kurang. Semoga kelak bisa ditambah untuk kebutuhan tempat sampah ini, ya pak Gubernur ^-^.

Selain itu banyak pelajaran dan hal-hal menarik yang bisa kita temui selama bersepeda atau berjalan kaki. Semisal, melihat bagaimana para pekerja menarik sampah dari kanal agar sampah-sampah itu tidak sampai ke laut. Sungguh membuat miris. Sementara di belahan dunia lain pekerjaan itu dilakukan secara modern, di negeri yang katanya makmur ini pekerjaan itu masih dilakukan secara tradisional. Tidakkah kita semustinya bisa membantu meringankan pekerjaan mereka dengan membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya?

Di sepanjang jalur BKT kita juga bisa menemui banyak jenis tetumbuhan, dari bunga-bunga liar sampai sayur dan pohon buah-buahan. Di tepi-tepi kanal dimanfaatkan sejumlah orang untuk menanam sayuran. Ada juga pohon pepaya, singkong, dan lain-lain.


Di samping kanan menuju arah pasar gembrong, ada perumahan kampung. Entah ini masih dalam wilayah jalur khusus bersepeda atau tidak, lupa memerhatikan, saya melihat sebuah pohon yang cukup menarik perhatian. Kami berhenti sebentar untuk memfotonya. Sekilas seperti buah apel tapi kurang meyakinkan. Akhirnya seorang Bapak memberitahu itu pohon bintaro. Saya ingat, beberapa teman pernah menyebut bintaro sebagai tanaman pengusir tikus. Selain memang tanaman ini sering banyak dijumpai sebagai pohon penghijauan, namun sesungguhnya pohon ini beracun. Tapi jangan salah, walaupun beracun tanaman ini mempunyai manfaat sebagai penghasil biofuel (energi alternatif). Dan seperti kita ketahui, di samping racun yang dikandung beberapa tumbuhan beracun, pasti terdapat potensi yang dapat dimanfaatkan.

Sayangnya, pemandangan yang seharusnya indah dan memiliki nilai kearifan ini terganggu dengan banyaknya sampah yang bertebaran di sepanjang jalur khusus sepeda. Sepertinya, kita memang tidak pernah mau perduli dengan orang lain. Bukankah setiap orang berhak menikmati udara dan lingkungan yang bersih?

Master plan yang dibuat untuk BKT ini sebenarnya bagus. Kelak diharapkan area ini dapat menjadi taman dan daerah pejalan kaki dan pesepeda. Bukankah ini yang kita idam-idamkan? Sebuah ruang di mana warga bisa bercengkerama bersama keluarga, saudara, dan teman tanpa harus menjadi konsumtif? Alangkah indahnya jika semua orang bersungguh-sungguh untuk membangun dan menjaga kebersihan lingkungan ini kelak? Agar kita semua tidak lagi harus mengeluarkan biaya mahal untuk mencari lingkungan yang nyaman dan bersih untuk merehatkan hati dan pikiran?

Semoga dan semoga akan lebih banyak warga tercerahkan. Menjaga fasilitas publik, membuang sampah pada tempatnya adalah sebagian perwujudan dari menghargai diri kita sendiri sebagai manusia yang beradab dan berbudaya.

Selamat bersepeda. Selain menyegarkan fisik, bersepeda menyusuri jalan di sepanjang BKT ini juga melatih batin kita untuk mampu mengenali dan meresapi dinamika kota Jakarta dan pernak-pernik kehidupannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *