Negara-negara Asia Tengah dari pecahan Uni Soviet

Mikhail Gorbachev, presiden Uni Soviet periode 1985-1991, melakukan perubahan besar-besaran dalam sistem perekonomian dan politik yang secara langsung dan tidak langsung memicu bubarnya Uni Soviet. Kebijakan glasnots (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi ekonomi) yang ia usung selain memberikan kesempatan yang lebih luas pada kebebasan dan demokrasi di dalam negeri juga mengancam keberadaan partai komunis.

Maka, kemudian lahirlah 15 negara pecahan baru dari Uni Soviet ini, yang dibagi menjadi beberapa kelompok, salah satunya

kelompok Asia Tengah, yaitu:

  • Tajikistan
  • Kirgizstan
  • Uzbekistan
  • Kazakhstan
  • Turkmenistan
  • Kelompok wilayah lainnya dapat dilihat di sini.

    Tajikistan adalah negara paling miskin dan menempati jajaran nomor sepuluh di dunia. Walaupun miskin ternyata rakyatnya pantang mengemis dan menggelandang. Paska perang sipil, kondisi negara ini semakin mengenaskan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme pun tumbuh subur di kalangan pemerintah.

    Konon, dibanding negara stan asia tengah lainnya, Tajikistan termasuk yang paling religius. Namun demikian perlu diingat karena pengaruh komunisme yang membelenggu ratusan tahun membuat mereka tidak terlalu ketat beribadah.

    Rakyat Tajikistan beragama islam. Umat islam syiah sekte Ismaili Tajikistan tidak naik haji, dan nyaris tidak puasa. Haji mereka adalah menyediakan tumpangan dan makanan bagi musafir. Mereka meyakini bahwa menolong musafir itu wajib hukumnya. Mereka bersikap hormat dalam melayani tamu. Kendati miskin, mereka murah hati.

    Vodka atau minuman keras adalah minuman wajib mereka sebagai jalan keluar dari tekanan dan kesuraman hidup sehingga tingkat kriminalitas pun sangat tinggi.

    Berbeda dengan Kazakhstan, ini negeri yang berjaya dengan gemilang kemakmuran kapitalisme. Kazakhstan dan Kirgiztan, keduanya menggandrungi Uni Soviet. Sementara Uzbezkistan sangat anti Rusia. Kesusastraan merupakan warisan peradaban Uzbezkistan jaman antik. Sementara Turkmenistan diliputi nostalgia sosialisme utopistan.

    sumber: diadaptasi dari kisah Urbanisasi Kesadaran, buku Guru Gokil Murid Unyu.

    Jadi pengin baca buku Selimut Debu dan Garis Batas-nya Agustinus Wibowo. Kapan ke Gramedia ya? 🙂

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *