BBM Naik

Tadi malam pemerintahan Presiden Jokowi memutuskan untuk mencabut subsidi BBM yang berdampak kepada kenaikan harga BBM. Keputusan ini tentu saja ditanggapi dengan beragam komentar, ada yang setuju dan lebih banyak yang menolak plus juga ditambahi dengan hujatan kiri-kanan serta prasangka yang tak jelas ujungnya :).

Saya tidak ingin menjelaskan posisi keberpihakan saya. Saya hanya ingin bercerita bahwa tadi malam saya berdiskusi dengan partner. Kami berbicara tentang harga minyak dunia yang konon menurun. Lalu, mengapa BBM kita dinaikkan jika harga minyak dunia turun?

Jadi, begini, partner mengibaratkan seperti kita naik gunung. Ketika kita naik gunung maka jalannya akan menaik, bukan? Tetapi waktu kita mendaki itu ada kalanya kita harus naik atau turun untuk bisa mencapai puncak gunung. Nah, begitu juga minyak. Secara global harga minyak naik dari tahun ke tahun (tidak mungkin turun. Kenapa tidak mungkin? Lihat penjabarannya di bawah nanti ya). Tetapi dalam proses kenaikannya terkadang ada turun dan naik. Kondisi turun ini lah yang dimaksud saat ini.

Harga minyak selalu naik karena sumber daya alam kita semakin lama semakin sedikit sementara kebutuhan kita semakin besar (Itu sebabnya harga minyak dunia tidak mungkin turun).

Kita terus saja mengebor minyak, mencari daerah-daerah baru dengan cadangan minyak di bawahnya, lalu meninggalkan ketika wilayah itu tidak lagi menguntungkan. Tidakkah kita menyadari bahwa kita telah merusak planet kita sendiri? Tempat kita dan anak cucu kita tinggal?

Di buku Dunia Anna digambarkan para pengungsi dari Arab yang meninggalkan tanah kelahiran mereka yang telah menjadi kering, tandus dan panas.
“Minyak bumi telah menjadi bencana buat negaraku. Kami menjadi kaya dengan cepat, tapi sekarang kami malah menjadi miskin. Bagaimana bisa tetap kaya kalau kami tidak lagi punya negara yang dapat ditinggali?” (halaman 77)

Apa hubungan minyak dengan lingkungan hidup? Kutipan-kutipan dari buku Dunia Anna ini mungkin bisa memberi sedikit sudut pandang yang berbeda mengenai perlu adanya pencabutan subsidi BBM. Walaupun akan lebih bagus jika membaca bukunya langsung. Dengan demikian kita bisa merenungkannya lebih dalam.

“Dulu ada yang berpendapat bahwa mencairnya es di Kutub Utara tidak perlu dikhawatirkan… Toh, tidak ada orang yang main ski atau seluncuran di sana … Lagi pula di bawah itu lapisan es itu ada cadangan minyak yang besar … dan Norwegia berhak untuk mengekstraksi minyak bumi sampai ke wilayah Kutub Utara. Kenapa sih, harus ribut tentang kelangsungan hidup beruang kutub? Kan, sudah cukup kita menyelamatkan beruang panda? Namun, para burung unta iklim ini tidak mengerti bahwa kalau es mencair … maka itu tandanya keseluruhan bumi memanas.” (halaman 88)

“Jika seluruh cadangan minyak, batu bara, dan gas bumi yang masih tersimpan dalam planet ini dipompa keluar dan disebarkan ke atmosfer, mungkin peradaban kita tidak akan bisa bertahan.” (halaman 67 )

Anna terus berdiri di depan jendela dan merenungkan apa yang telah dibacanya tentang minyak bumi. Dia mencatat angka-angka yang hampir tak terperikan.

Satu barel minyak bumi sama dengan 159 liter dan pada saat ini bisa dijual kira-kira seharga seratus dollar, atau 600 kroner. Satu barel minyak ini menghasilkan energi sebanyak 10.000 jam kerja manusia. Di negeri ini angka itu sebanding dengan enam tahun bekerja. Dengan gaji tahunan sebesar 350.000 kroner, itu berarti total pengeluarannya 2.1 juta kroner dalam bentuk gaji. Jadi, satu barel minyak bumi menghasilkan energi yang sebanding dengan lebih dari dua juta kroner bila harus digantikan dengan kerja manual. Namun, rata-rata satu orang Amerika menggunakan 25 barel minyak per tahun. Ini sebanding dengan 150 tahun kerja dan ini kira-kira berarti juga rata-rata setiap orang Amerika menghabiskan seratus lima puluh “budak energi” yang digunakan untuk menjalankan semua mobil dan mesin, semua kulkas dan AC, seluruh pesawat terbang, pabrik, pertanian, dan mesin-mesin hiburan … Dan ini baru bicara tentang minyak bumi saja! Padahal, masih ada batu bara dan gas.

Anna bertanya pada diri sendiri mungkinkah sebenarnya minyak bumi itu sebuah sumber energi yang dihargai terlampau murah. ………

“Kok, bisa, ya sumber energi yang satu ini jadi sebegitu murahnya? Anna mencoba mencari jawabannya sendiri. Minyak jadi sebegitu murahnya karena tidak ada yang memilikinya. Tidak ada pihak yang bisa disebut pemilik minyak bumi, sehingga tidak ada yang menentukan harganya. Yang ada tinggal memompa saja!
Minyak bumi itu umurnya jutaan tahun. Pada dasarnya itu adalah sebuah simpanan dari jutaan tahun energi matahari. Namun, karena tidak ada yang memilikinya, ia bisa saja dihabiskan begitu saja. Satu, dua, tiga, dan tamatlah riwayatnya!

Memang benar apa yang dikatakan para politisi dan menteri-menteri perminyakan bahwa minyak bumi telah mengentaskan banyak orang dari kemiskinan. Namun, banyak juga orang-orang yang terentaskan dan lantas masuk ke dalam kemewahan yang sia-sia, sebuah penghamburan yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah. …

Apakah dengan cara ini orang tidak menghabiskan sumber daya alam yang seharusnya bisa digunakan generasi selanjutnya? ….
Apakah dia sedang menjadi saksi sebuah perampokan besar-besaran terhadap generasi di masa depan?
Tidakkah pembakaran berbagai sumber daya fosil ini dalam waktu singkat juga akan memusnahkan berbagai cadangan sumber daya alam yang dapat diperbarui? Tidakkah pesta minyak tak bermoral ini menjadi ancaman signifikan bagi sumber penghidupan tanaman, hewan, dan manusia? Dan bukankah penghancuran alam ini merupakan sebuah perampokan atas mereka yang seharusnya mewarisi Bumi ini?

**

Minggu kemarin saya menonton Interstellar. Entah mengapa saya melihat keterkaitan kisah di film dengan Dunia Anna. Di film itu digambarkan dunia masa depan yang tak lagi punya gairah atas ilmu pengetahuan karena saat itu masyarakat dihantui krisis pangan. Jagung yang menjadi sumber makanan satu-satunya gagal panen oleh badai debu. Bumi tak lagi ramah. Pada saatnya jagung pun akan menghilang. Kondisi yang ada pada film itu bukanlah situasi masa lalu ketika teknologi belum ditemukan tetapi sebaliknya, bumi pernah memiliki masa gemilang namun perlahan hancur oleh keserakahan manusia.

Dunia Anna pun menggambarkan dunia masa depan yang barangkali maju dengan teknologinya tetapi dengan situasi bumi yang tak lagi ramah. Kelaparan ada dimana-mana. Cuaca panas dan kering sementara di belahan lainnya dengan dingin menggigit dan terpaan badai sementara sumber daya alam yang tersisa semakin sedikit. Perlahan manusia pun akan menghilang dari bumi ini.

Dan, menyikapi keputusan pemerintah menaikkan harga BBM saya memilih untuk tidak menanggapi dengan kesinisan. Alasan di atas itulah yang membuat saya mencoba memahami bahwa Bumi ini bukan hanya milik kita, tetapi kita bertanggungjawab kepada generasi berikutnya.

Barangkali juga mencairnya es di kutub, pemanasan global tidak membuat kita cukup peduli dan terus saja merusak planet ini. Dengan adanya kenaikan BBM barangkali bisa menyadarkan kita untuk mau melakukan penghematan, berjalan kaki jika jarak yang kita tempuh tidak jauh, menggunakan sepeda, apapun. Mungkin, ya , mungkin, Tuhan sekali lagi ingin mengingatkan kita tentang masa depan planet ini.

Bumi adalah planet yang Tuhan peruntukkan untuk kita bertumbuh. Mari kita menjaganya bersama-sama untuk anak cucu kita kelak. Kita tidak boleh menghabiskannya begitu saja tanpa menyisakan apapun untuk mereka.

Mengutip kata Jostein, Kita tidak boleh mewariskan bumi yang lebih buruk daripada saat kita tinggali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *