Akal Pikiran

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang istimewa karena Allah menganugerahi mereka dengan akal dan pikiran. Akal dan pikiran itu digunakan untuk berpikir mana yang baik dan buruk. Akal dan pikiran berkembang maksimal dengan bertambahnya ilmu. Jadi, kalau mau akal dan pikiran kita bertumbuh baik jangan lupakan asupan ilmu yang bisa kita peroleh dari membaca buku-buku yang bergizi, dan lain-lain.

Sayangnya, manusia seringkali mengabaikan anugerah Allah yang sangat besar ini. Kita masih lebih suka tanpa sadar hidup semaunya sendiri, membiarkan kebodohan dan kegelapan merajai hidup kita sendiri. Kita sering mengatasnamakan kebebasan untuk kepentingan diri sendiri, membawa-bawa Tuhan juga untuk ke-ego-an diri kita sendiri, dan lainnya.

Manusia hidup di masyarakat. Tidak ada yang namanya bebas sesuka-sukanya sendiri. Jangan-jangan kalau kita berkelit dengan kalimat itu akan ada orang yang bilang, hidup di hutan aja sana. Eh, siapa bilang di hutan kamu bisa seenaknya sendiri? Di hutan pun ada aturan, jangan sampai nanti dimarahi sama si raja hutan :). Atau kalau masih mau nekad dengan pemikiran bebas nya itu ya jangan menyalahkan makhluk-makhluk hutan kalau nanti kamu menjadi menu santapan mereka.

Dimanapun manusia hidup, berinteraksi sosial dengan makhluk hidup lain ada pagar yang bernama penghomatan, penghargaan. Sikap menghormati, menghargai orang lain semustinya menjadi nilai-nilai yang diperhatikan oleh semua orang yang ingin hidup damai di dunia. Sederhananya sih, perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Sederhana saja, bukan?

Jangan berkedok kebebasan untuk berkreasi dengan mengabaikan pagar, jangan membawa nama Tuhan untuk memuaskan hasrat diri sendiri. Tidak ada yang namanya kebebasan tanpa batas. Kebebasan yang benar (sekali lagi, gunakan akal dan pikiran untuk mengolah semua informasi dengan baik) adalah kebebasan yang bertanggungjawab, kebebasan yang dilandasi dengan penghormatan dan penghargaan. Jangan mengatasnamakan kebebasan untuk perbuatan-perbuatan yang kita tahu tidak sepantasnya dilakukan (sekali lagi, tanya akal dan pikiran kita untuk setiap tindakan yang ingin kita lakukan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *