Ada Apa dengan Masyarakat Kita?

Kasus rusaknya kebun amaryllis banyak disorot di sosial media dan juga media. Banyak kemudian komentar baik secara langsung atau tidak langsung menghakimi perilaku anak-anak muda Indonesia saat ini. Etika anak-anak ini lalu dipertanyakan. Jauh dari kasus kebun bunga, saya seringkali menarik nafas sekaligus miris melihat perilaku beberapa anak-anak saat ini. Sekali lagi, tidak semua. Saya percaya bahwa membuat generalisasi terhadap segala hal adalah sikap yang ngawur.

Oke, balik ke kasus amaryllis, ada fenomena menarik mengenai mengapa masyarakat kita abai terhadap kepatutan. Maksud saya, coba amati hal-hal kecil di sekitar kita. Pernah memperhatikan anak muda yang cuek saja ketika ada orang tua dengan susah payah membuka pintu supermarket misalnya? Atau sekelompok anak muda yang asyik berjalan di mall beriringan tanpa menyadari menutup jalan orang lain? Atau, ah banyak deh. Coba amati. Saya pernah berdiskusi dengan partner. Saya sering merasa tak habis pikir bagaimana anak muda seringkali cuek terhadap hal-hal seperti itu. Ada apa dengan mereka?

Nah, partner bilang, anak-anak itu tidak tahu. Kita tidak bisa menyalahkan mereka 100%. Mereka melakukan itu karena tidak pernah diajarkan berpikir kritis. Jika anak dibiasakan berpikir kritis, maka setiap tindakannya akan didasarkan pada analisa. Sebelum melakukan sesuatu ia akan selalu bertanya kepada dirinya, apakah dampaknya jika ia melakukan ini? Apakah betul yang akan ia lakukan, bagaimana dampaknya kepada orang lain? dan sebagainya. Ia tumbuh menjadi anak yang tidak sekedar ikut-ikutan, ia akan meneliti setiap masalah yang dihadapinya.

Proses berpikir kritis memang harus dilatih sejak dini. Dikutip dari Parents Guide Magazine.

Berpikir kritis adalah cara berpikir logis, dimana kita memecah-belah suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil serta menganalisanya. Bagian dari berpikir kritis adalah: kemampuan menggolongkan, memilah, membandingkan persamaan dan perbedaan (Church, 1993). Beberapa ciri anak yang berpikir kritis adalah: penuh rasa ingin tahu dan ingin menjelajah/bereksplorasi.

Berpikir kritis penting bagi setiap manusia karena itulah modal untuk pemecahan masalah, dimana masalah adalah hal yang pasti dihadapi manusia sepanjang hidupnya. Kemampuan menganalisa masalah membantu kita meneliti penyebab masalah, kemudian mencari solusinya.

Nah, jika tidak ingin generasi kita tumbuh menjadi orang yang egois, tidak punya rasa peduli, apatis terhadap lingkungan dan terhadap apapun mulailah membiasakan anak-anak untuk berpikir kritis.

Dan mengutip artikel di Parents Guide, “Mari kita bantu anak-anak kita agar berpikir kritis sejak dini, dengan juga mempraktikkan pola pikir kritis dalam diri sendiri. Bagaimanapun anak paling banyak belajar dari orang-tuanya melalui contoh!.”

Sudah kah Anda menjadi panutan bagi anak Anda sendiri? 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *