Monthly Archives: February 2016

Membuat Kompos dari Model Keranjang Takakura

Keranjang sampah yang diberi nama keranjang pintar ini dirancang oleh Mr Koji Takakura dari Jepang. Alat dan bahan yang digunakan cukup sederhana. Saya sendiri belum pernah mencobanya tetapi dari membaca beberapa artikel mengenai kerajang takakura sepertinya layak dicoba suatu hari nanti 🙂

Oke, langsung saja.

Bahan dan Cara Kerja:
1. Keranjang pakain bekas dari plastik.
2. bantalan sekam 4 buah (untuk dasar keranjang dan penutup keranjang)
3. garpu pengaduk
4. kain penutup keranjang
5. kompos matang sebagai aktivator
6. kardu bekas masukkan ke dalam keranjang untuk melapisi keranjang
7. Masukkan bantalan sekam ke dalam kardus yang sudah diletakkan ke dalam keranjang
8. Masukkan kompos matang satu bungkus -/+ 4 kg sebagai starter/aktivator.

catatan:
Ciri-ciri kompos matang yang dapat dijadikan aktivator adalah warna hitam sudah berbau tanah/tidak berbau busuk, kalau ditekan hancur.

Potong kecil-kecil limbah sampah dapur. Sayur berminyak atau bersantan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam keranjang. Hindari sampah hewani seperti ayam, ikan, dan lain-lain.
Setelah semua sampah dimasukkan ke dalam keranjang lalu diaduk merata. Pengadukan berfungsi agar fermentasi berjalan baik. Kemudian tutup keranjang dengan bantalan sekam. Guna bantalan sekam adalah untuk meredam bau. Boleh juga memasukkan kulit jeruk ke dalam keranjang agar komposnya berbau harum.

Letakkan keranjang di tempat yang mendapatkan sirkulasi udara penuh namun tidak boleh terkena matahari langsung dan tidak boleh terkena hujan.

Pengisian sampah dapat dilakukan setiap hari. Jangan lupa untuk selalu mengaduk rata selesai mengisi sampah. Proses fermentasi akan ditandai dengan suhu sampah yang terasa panas. Reaksi itu membuktikan kalau mikroba bekerja aktif mengurai sampah. Kompos sudag dpaat dipanen kurang lebih 2-3 bulan.

Cara memanen kompos
Ambil bagian paling atas, sisihkan. Ambil bagian selanjutnya lalu ayak. Sisa ayakan ini dapat dijadikan aktivator kembali atau sebagai pupuk tanaman. Kembalikan kompos dan masukkan ke dalam keranjang bersama bagian awal tadi. Kardus yang sudah hancur atau lapuk dapat diganti kembali.

Bertanam Mint

Daun mint dikenal memiliki berbagai manfaat selain wanginya yang segar. Daun mint dapat digunakan untuk meringankan mual dan gangguan pencernaan serta meredakan stres.
Daun mint biasanya disajikan bersama minuman. Tetapi bisa juga untuk penghias dan pengharum makanan.

Menanam daun mint tidak sulit. Kalau pergi ke pasar atau swalayan beli daun mint yang dijual beserta batangnya. Kemudian cari batang daun mint yang segar. Ambil beberapa batang mint (tanpa daun) dan tancapkan ke media tanah. Selesai 🙂

Semudah itu? Yup. Perbanyakan daun mint cukup melalui stek. Untuk tumbuh dan munculnya daun juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Jadi, kenapa tidak memulai saat ini untuk menanam mint?

IMG_3720
batang mint tancapkan langsung ke media tanam

IMG_3798
Daun mint mulai bermunculan

Nah, ini tanaman mint saya beserta infus water lemon dan mint di dalamnya. Seger, bukan? 🙂
IMG_4028 IMG_4052

Bikin Kompos tanpa Lahan

Mengolah sampah menjadi kompos tidak hanya bisa dilakukan bagi mereka yang memiliki lahan kosong. Bagi mereka yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan sama sekali bisa kok bikin kompos sendiri.

Cara yang sudah beberapa kali saya praktikkan adalah dengan menggunakan pot. Dasar pot saya lapisi dengan batu bata. Bisa juga dengan styrofoam atau gabus. Kemudian masukkan daun-daun kering. Daun-daun ini saya peroleh dari hasil pemangkasan koleksi tanaman saya. Selanjutnya masukkan sampah-sampah dapur berupa sayur atau buah-buah yang tak lagi layak konsumsi. Kulit buah atau tangkai sayur dan lain-lainnya bisa juga dimasukkan. Setelah itu taburi dengan sedikit tanah, atau bisa juga serbuk gergaji dan kapur secara berkala. Fungsi tanah, serbuk gergaji atau kapus ini salah satunya untuk mengurangi bau. Letakkan pot atau drum di tempat yang teduh (jangan terkena hujan). Kalau sudah penuh tutup dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Nah, pot siap ditanami dengan tanaman. Biasanya kalau sudah ada bibit yang mau ditanam tanpa menunggu dua bulan langsung saya sebar saja bibitnya atau langsung ditanami tanaman :).

Cara ini ternyata membantu untuk kesuburan tanaman-tanaman saya loh :). Tanaman jadi rajin berbuah dan tumbuh subur. Dan …menghemat juga karena tidak perlu sering-sering membeli pupuk ;-).

Saya berharap apa yang saya lakukan dapat meringankan beban permasalahan yang disebabkan oleh sampah dan walau sedikit dapat berturut serta menjaga lingkungan hidup.

IMG_4017

IMG_4018

IMG_4021

IMG_4025