John Atanasof

Inilah satu tokoh inovator yang nyaris terlupakan dalam sejarah perkembangan komputer. John Atanasof lahir pada 1903 dari pasangan imigran Bulgaria dan wanita keturunan yang paling lama tinggal di England. Ayahnya bekerja sebagai insinyur di pembangkit listrik New Jersey yang dikelola oleh Thomas Edison. Ibunya pernah menjadi guru matematika. Sejak kanak-kanak dia sudah belajar algoritma dengan serius dan ketekunan yang terkesan sinting. John Atanasof tertarik dengan jangka sorong yang diberikan ayahnya ketika ia membantu sang ayah menyambungkan listrik. Menamatkan SMA dengan meraih semua nilai A.

Kegemarannya mengotak-atik membuat Atanasof sering menghabiskan waktu di lab mesin milik universitas. Ia menerima beasiswa untuk menempuh studi dan riset magister di bidang matematika dan fisika di universitas Iowa dan diterima di Harvard, namun ia memutuskan untuk bertahan di Ames, yang merupakan kota pedalaman Amerika, yang lebih terkenal dengan produksi jagung daripada cendekiawannya.

Sama seperti para pelopor komputer lain, ia ingin mencari cara supaya perhitungan matematika yang itu-itu saja dapat dikerjakan secara lebih praktis dan cepat. Ia memutuskan untuk membuat komputer.

Mesin Atanasof dirancang dan diprogram untuk satu tujuan: menyelesaikan lebih dari satu persamaan linear secara simultan. Pembuatan mesin ini mendapat bantuan dan hampir rampung pada september 1942. Namun terdapat masalah bahwa mekanisme penghasil bunga api untuk melubangi kartu tidak kunjung berhasil diciptakan.

Komputer Atanasof yang semustinya bisa menjadi terobosan penting nyatanya ditakdirkan masuk tong sampah, baik dalam arti harfiah maupun kiasan. Mesin ini nyaris terlupakan namun sebuah peristiwa menyelamatkan Atanasof dari kuburan sejarah.

Yang menarik dari kisah Atanasof ini adalah karena ia adalah penemu tunggal. Berbeda dengan sebagian besar inovator pada era digital, Atanasof bekerja sendiri dengan hanya ditemani asistennya. Barangkali akan berbeda ceritanya jika Atanasof bekerja di Bell labs, di tengah banyak teknisi, insinyur serta mekanik atau di universitas besar dengan banyak para cendekiawannya. Kesendirian Atanasof menjadi titik kelemahnnya, karena di sekelilingnya tidak ada orang yang mampu memberikan masukan atau membantu memecahkan tantangan teoretis ataupun teknis.

Namun itu adalah daya tarik Atanasof sebagai penemu karena ia mengotak-atik kreasinya sendirian di ruang bawah tanah hanya ditemani oleh rekan mudanya, Clifford Berry. Kisahnya membuktikan bahwa amat sukar untuk menjadi penemu yang seperti itu. Sama dengan Babbage yang juga bekerja sendirian, Atanasof gagal membuat mesin yang berfungsi seutuhnya. Namun penemuan Atanasof telah mendorong perkembangan komputer ke depan.

Selain komputer Atanasof banyak menciptakan penemuan-penemuan baru.

Kisah Atanasof membuktikan bahwa kerja tim adalah penting. Itu sebabnya mengapa nilai-nilai keterampilan hidup seperti kolaborasi, komunikasi perlu dilatih dan dikembangkan.

Review dari buku The Innovators, Walter Isaacson

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *